“Investor tidak hanya melihat profit, tapi juga aspek ESG atau environmental, social, governance. Kalau Indonesia terus dicap sebagai tempat pembuangan sampah global, bagaimana mungkin mereka yakin berinvestasi? Ini soal integritas nasional di mata dunia,” ungkapnya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan menilai, pemerintah harus membangun ekosistem kebijakan yang menyelaraskan pembangunan dengan pelestarian.
Baca Juga:
Sudin LH Jakarta Barat Gelar Uji Emisi untuk Kendalikan Polusi Udara
“Kita bisa membangun tanpa merusak. Tapi itu butuh keberanian politik dan keseriusan teknokratis. Negara seperti Korea Selatan dan Jepang bisa bangkit karena mereka memadukan ekonomi hijau dengan daya saing industri. Kenapa kita tidak bisa?” ujarnya.
Ia juga menyebutkan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga lingkungan, namun tetap menggarisbawahi bahwa tanggung jawab utama ada di tangan pemerintah.
“Kita tidak bisa berharap masyarakat memilah sampah jika pemerintah sendiri masih membiarkan kontainer limbah dari luar negeri masuk begitu saja ke pelabuhan kita,” katanya.
Baca Juga:
Darurat Sampah Banjarmasin, Begini Kata Profesor dari Universitas Lambung Mangkurat
Lebih lanjut, Tohom mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersatu dalam menjaga martabat Indonesia di mata dunia.
“Kita ini bangsa besar, punya sejarah dan peradaban yang luhur. Jangan biarkan dunia memandang kita sebagai halaman belakang yang siap menampung limbah mereka. Sudah saatnya kita berdiri tegak dan berkata: cukup!”
[Redaktur: Sobar Bahtiar]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.