Beberapa negara menghadapi masalah dengan multilingualisme dan multikulturalisme ini, termasuk yang ada di Eropa.
Karena bahasa etnik merupakan identitas diri dan kelompok serta bisa menjadi simbol kebangsaan, beberapa negara menjadi terpecah karena isu bahasa dan kultur ini.
Baca Juga:
Mabes Polri Gelar Upacara Sumpah Pemuda, Indeks Pembangunan Pemuda Harus Ditingkatkan
Kanada, misalnya, pernah menghadapi konflik dan krisis kebahasaan yang cukup serius pada tahun 1960-an, antara bahasa Inggris dan Perancis di Quebec.
Belgia juga pernah menghadapi perpecahan karena bahasa, antara Flanders dan Wallonia. Demikian pula halnya Kurdi yang ada di Turki.
Perdebatan penting terkait dengan nasionalisme, bahasa, dan kebudayaan itu di antaranya terletak pada konsep ā€¯keseragaman dan keberagamanā€¯.
Baca Juga:
Peringati Hari Sumpah Pemuda Ke-96, Danrem 182/JO Bacakan Amanat Menpora
Jika keseragaman dalam bahasa nasional tertentu terlalu dominan, ekses negatifnya bisa berupa tertekannya khazanah bahasa dan budaya lokal.
Bisa saja bahasa-bahasa lokal atau etnik itu menjadi punah.
Namun, jika keragaman terlalu kuat dan tak ada yang mengikat secara bersama jalinan kebangsaan ini, tentunya itu bisa memicu disintegrasi atau perpecahan bangsa (Suganda, 2021: 67).