Karena itu, rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo dipandang sangat krusial untuk mengobatinya.
Untuk itu, Anies perlu memperlihatkan sikap “kenegarawanan kelas calon presiden” atas aksi reuni 212.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
Bukan saja karena protokol kesehatan di dalam situasi pandemik, tapi juga karena masa depan kesehatan politik nasional sedang dipertaruhkan jika Anies menoleransi bibit-bibit politik identitas bersemi kembali.
Jika Anies kekurangan energi intelektual untuk keluar dari ranjau-ranjau di dalam dinamika politik menuju Pilpres 2024 atau kesulitan untuk lepas dari jebakan politik identitas yang pernah melejitkannya secara kurang elegan di tahun 2017, maka peluang Anies untuk menjadi sosok calon presiden yang bisa diterima banyak partai di satu sisi dan bisa diterima semua kalangan di sisi lain, akan semakin menipis.
Dengan kata lain, Anies dalam perjalanan menuju 2024 akan sangat mudah ditinggalkan oleh sosok Ganjar Pranowo yang dari sisi latar belakang dan akseptabilitas politik jauh lebih fleksibel.
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
Karena Ganjar lebih pluralis dan lebih mudah diterima oleh hampir semua kalangan di Indonesia. (Jannus TH Siahaan, Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran, Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik)-qnt