Di sinilah letak “misteri”-nya.
Karena, tak jarang, pers pun kini terjerat info bohong alias hoaks gegara ulah medsos.
Baca Juga:
Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun: Pers Harus Berwawasan Kebangsaan dan Menjaga Integritas di Era Post-Truth
Diketahui, kasus hoaks Ratna Sarumpaet pun bermula dari platform medsos.
Info hoaks itu menyerang publik secara berantai, tanpa sensor, tanpa check and recheck.
Ironisnya, sejumlah media arus utama pun ikut menelan bulat-bulat informasi medsos itu, sekaligus membuat hoaks tersebut seolah bergeser menjadi fakta.
Baca Juga:
Bahaya Doxing: Ancaman terhadap Keselamatan Jurnalis dan Kualitas Informasi Publik
Tidaklah mengherankan kalau kemudian sederet tokoh publik kenamaan, termasuk Prabowo Subianto yang kala itu berstatus Calon Presiden (Capres), ikut terkecoh.
Pada saat itu, muncul pengakuan bahwa tingkat kepercayaan para tokoh tersebut terhadap hoaks Ratna Sarumpaet tadi terutama karena sudah muncul pula informasinya di berbagai media mainstream!
Artinya, faktor trust terhadap pemberitaan pers relatif masih menjadi pijakan utama dari publik untuk bersikap.