WAHANANEWS.CO, Jakarta - Saya lahir pada masa pergantian kepemimpinan dari Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Sejak kecil, saya hanya mendengar cerita tentang kehebatan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, ketika berbicara di luar negeri, termasuk di forum PBB. Saya tidak pernah menyaksikan langsung bagaimana Bung Karno dihormati dan disegani dunia.
Semua itu hanya saya ketahui dari sejarah, kisah yang diwariskan, serta melalui media sosial pada masa kini, tanpa pengalaman nyata melihatnya dengan mata kepala sendiri. Rasa rindu akan sosok pemimpin yang berani berbicara lantang di dunia internasional itu terus terpendam dalam hati.
Baca Juga:
Presiden Trump Puji Pidato Prabowo di PBB: 'You Did a Great Job'
Selama tujuh presiden berganti, kerinduan dan kebanggaan itu seolah tak pernah benar-benar terwujud. Namun, semuanya berubah ketika Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, berdiri di mimbar Sidang Umum PBB ke-80 pada Selasa, 23 September 2025, di Amerika Serikat. Pada momen itu, rasa bangga sebagai rakyat Indonesia seakan meledak begitu saja.
Pidato Presiden Prabowo di forum dunia tersebut membuat kita semua menegakkan kepala. Cara beliau berbicara, isi pidato yang penuh makna, serta wibawa yang memancar membuat Indonesia kembali diperhitungkan. Singkat kata, pidato itu bukan hanya luar biasa, bukan hanya dahsyat, melainkan benar-benar ngeri—dalam arti positif.
Ada banyak bagian dari pidato Prabowo yang begitu kuat dan menyentuh. Beberapa kutipan yang patut disebut sebagai pernyataan ngeri antara lain:
Baca Juga:
Pidato Panas di PBB: Prabowo Bongkar Pentingnya PBB, Trump Kena Sentil
“Kita berbeda dalam ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul sebagai satu keluarga manusia.”
“Kita hadir di sini pertama-tama sebagai sesama manusia—masing-masing diciptakan setara, dikaruniai hak-hak yang tidak dapat diganggu gugat atas hidup, kebebasan, dan upaya mengejar kebahagiaan.”
“Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat telah menginspirasi gerakan demokrasi di berbagai benua—termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi China, dan perjuangan serta perjalanan Indonesia menuju kebebasan.”
“Deklarasi itu juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh PBB pada tahun 1948.”
“Semua manusia diciptakan setara” adalah keyakinan yang membuka jalan menuju kemakmuran dan martabat global yang belum pernah ada sebelumnya.”
“Kebodohan manusia, yang dipicu oleh rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid, mengancam masa depan bersama kita.”
“Negara saya memahami penderitaan ini. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah dominasi kolonial, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih buruk daripada anjing di tanah air kami sendiri.”
“Kami orang Indonesia tahu apa artinya ditolak keadilan, tahu bagaimana hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan ditolak kesempatan yang sama. Kami juga tahu apa yang dapat dilakukan solidaritas.”
“Dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan, dalam perjuangan kami untuk mengatasi kelaparan, penyakit, dan kemiskinan, Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri bersama Indonesia dan memberikan bantuan penting.”
“Dewan Keamanan dan Majelis ini—memberi Indonesia legitimasi internasional, membuka pintu, dan mendukung pembangunan awal kami melalui UNICEF, FAO, WHO, dan banyak sekali lembaga PBB lainnya.”
“Dan karena itu, hari ini Indonesia berdiri di ambang kemakmuran bersama serta kesetaraan dan martabat yang lebih besar.”
“Seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal PBB, kita tidak boleh menyerah. Kita tidak boleh mengorbankan harapan atau cita-cita kita. Kita harus semakin dekat, bukan semakin menjauh. Bersama-sama kita harus berjuang untuk mewujudkan harapan dan mimpi kita.”
“PBB lahir dari puing-puing Perang Dunia Kedua yang merenggut puluhan juta nyawa. PBB diciptakan untuk menjamin perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua.”
“Hari ini, Indonesia semakin dekat untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam mengakhiri kemiskinan ekstrem dan kelaparan—karena bertahun-tahun lalu, ruang sidang inilah yang memilih untuk mendengarkan dan menegakkan keadilan sosial serta ekonomi.”
“Dan hari ini kita tidak boleh diam ketika rakyat Palestina ditolak keadilan dan legitimasi yang sama di aula ini.”
“Thucydides pernah memperingatkan: Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menderita apa yang harus mereka tanggung. Kita harus menolak doktrin ini. PBB ada untuk menolak doktrin ini.”
“Kita harus berdiri untuk semua, yang kuat maupun yang lemah. Benar tidak bisa berarti salah. Benar harus tetap benar.”
Prabowo juga menegaskan kembali pentingnya PBB sebagai pilar perdamaian dunia, komitmen Indonesia terhadap multilateralisme, hingga kesediaan mengirim lebih dari 20.000 pasukan perdamaian ke Gaza, Ukraina, Sudan, Libya, atau wilayah lain yang membutuhkan. Ia menegaskan komitmen Indonesia dalam isu perubahan iklim, ketahanan pangan, serta peran sebagai negara kepulauan terbesar yang terdampak langsung kenaikan permukaan laut.
Bagian yang paling menyentuh adalah ketika Presiden Prabowo berbicara tentang Palestina. Dengan tegas ia menyatakan: “Hari ini kita tidak boleh diam ketika rakyat Palestina ditolak keadilan dan legitimasi yang sama di aula ini. Satu-satunya solusi adalah solusi dua negara. Dua keturunan Ibrahim harus hidup dalam rekonsiliasi, perdamaian, dan harmoni.”
Pidato itu ditutup dengan pesan kuat tentang persatuan, harapan, dan perjalanan panjang kemanusiaan yang harus diteruskan. Saat itu, sebagai rakyat biasa, saya hanya bisa berkata satu kata untuk pidato Prabowo di PBB: “Ngeri.”
Sebagai penutup, saya ingin mengaitkan pidato dahsyat Presiden Prabowo di PBB dengan Program Prioritas Presiden Prabowo yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). Belakangan ini kita semua mengetahui bahwa MBG menghadapi banyak persoalan, terutama terkait kasus keracunan. Program yang sejatinya mulia ini kini mendapat sorotan publik. Bahkan muncul usulan agar MBG dihentikan atau diganti dengan program lain.
Di sisi lain, pada berbagai kesempatan, termasuk di luar negeri, Presiden Prabowo menegaskan bahwa MBG adalah program penting pemerintah untuk membantu masyarakat. Harapannya, generasi muda negeri ini tidak kekurangan gizi dan bisa tumbuh sehat serta cerdas. Namun masalah terus bermunculan, khususnya soal keracunan yang berulang kali terjadi belakangan ini.
Agar sinergi antara ngerinya pidato Presiden di PBB dengan citra positif pemerintah tetap terjaga, akar persoalan keracunan MBG harus segera ditemukan dan dituntaskan. Presiden pun telah merespon tentang hal ini. Semoga masalah ini segera mendapat solusi sehingga tidak mengurangi penghargaan masyarakat, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional, terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
[Redaktur: Alpredo Gultom]