Setelah hampir dua setengah tahun pengerjaan, Frankenjet akhirnya berhasil lepas landas untuk uji coba pada Januari lalu.
Pesawat ini diterbangkan dari Hill AFB menuju fasilitas Lockheed Martin di Fort Worth, Texas, dan menjalani serangkaian tes ketat.
Baca Juga:
Tak Punya Pesawat Tempur, Begini Strategi 4 Negara Ini Bertahan dari Ancaman
"Performa pesawat ini benar-benar luar biasa, seperti baru keluar dari jalur produksi," kata Jeffrey Jensen, kepala teknisi varian F-35A.
Bulan lalu, Frankenjet akhirnya dikembalikan ke Pangkalan Angkatan Udara Hill dan bergabung dengan Wing Tempur ke-338, tempat asal AF-211 sebelumnya.
Dengan total biaya proyek sebesar $11,7 juta, rekonstruksi ini berhasil menghemat hingga $63 juta jika dibandingkan dengan membeli pesawat baru.
Baca Juga:
Dominasi Udara: 10 Negara Asia dengan Armada Jet Tempur Terbanyak, Indonesia Masuk Daftar
Saat ini, Angkatan Udara AS memiliki 383 unit F-35A dalam armadanya. Selain itu, varian F-35 juga dioperasikan oleh Korps Marinir dengan model F-35B yang bisa lepas landas dan mendarat vertikal, serta Angkatan Laut dengan F-35C yang dirancang untuk kapal induk.
Tak hanya itu, jet tempur ini juga menjadi pilihan utama bagi sekutu AS, dengan 17 negara telah menggunakan atau memesan F-35 sebagai bagian dari pertahanan udara mereka.
Dengan keberhasilan proyek Frankenjet, Angkatan Udara AS membuktikan bahwa pesawat tempur tak hanya bisa dibangun dari nol, tetapi juga bisa "dihidupkan kembali" dari puing-puing kehancuran.