Berdasarkan jalur lintasannya, rudal dibagi menjadi dua: rudal balistik dan rudal jelajah.
Rudal balistik meluncur dengan lintasan lengkung tinggi, serupa dengan peluru artileri, dan memanfaatkan tenaga pendorong dari roket.
Baca Juga:
Langkah Strategis, Inggris dan Italia Integrasikan Rudal Meteor ke F-35
Semakin jauh targetnya, maka rudal perlu mencapai ketinggian yang lebih tinggi agar lintasannya cukup untuk menjangkau sasaran.
Berbeda dengan itu, rudal jelajah seperti Tomahawk, melesat mendatar seperti pesawat terbang. Ia diluncurkan dengan booster roket dan kemudian menggunakan mesin jet seperti turbojet, turbofan, atau bahkan ramjet untuk rudal hipersonik.
Keunggulannya terletak pada kemampuan terbang rendah, sehingga radar musuh kerap gagal mendeteksinya sampai rudal itu sudah sangat dekat.
Baca Juga:
Rudal Baru Rusia Oreshnik: Jadi Sorotan Dunia Tidak Dapat Dilacak, Dicegat atau Dihancurkan
"Teknologi rudal jelajah memungkinkan operasi serangan yang nyaris senyap dan tak terdeteksi. Ini seperti memiliki penembak jitu dari jarak ribuan kilometer," jelas Lt. Col. (Ret.) Andrew Thompson, mantan perwira Angkatan Udara AS dan kini peneliti senior di RAND Corporation.
Keakuratan rudal sangat ditentukan oleh sistem pemandu yang digunakan. Ada beberapa jenis, mulai dari yang paling sederhana hingga tercanggih:
Preset Guidance, seperti pada rudal V-2 Nazi Jerman, telah ditentukan lintasannya sebelum peluncuran, menggunakan perangkat giroskop dan akselerometer untuk menjaga arah.