Untuk mendukung kebohongan ini, pelaku juga membuat kartu identitas palsu serta dokumen medis fiktif.
Laporan dari CCTV, media pemerintah China, mengungkap bahwa seluruh interaksi, termasuk video dan foto yang dikirimkan kepada korban, dibuat menggunakan AI atau merupakan kombinasi dari beberapa gambar yang dimanipulasi.
Baca Juga:
Ribuan UMKM Bali Dapat Pelatihan AI, Telkom: Siap Hadapi Pasar Dunia
Kasus ini pun menambah daftar panjang kejahatan siber yang semakin canggih berkat perkembangan teknologi AI generatif.
Kemajuan teknologi ini memang memungkinkan pembuatan teks, gambar, dan video yang sulit dibedakan dari konten asli, sehingga meningkatkan risiko penipuan daring.
Di China, penggunaan AI tidak hanya terbatas pada kasus penipuan seperti yang dialami Tuan Liu, tetapi juga merambah ke ranah yang lebih emosional, seperti "menghidupkan kembali" orang yang telah meninggal.
Baca Juga:
Hadiri Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 di Belgia, Dewan Pers Sebut AI Peluang Sekaligus Ancaman
Sebuah perusahaan di China bahkan menawarkan jasa untuk menciptakan avatar digital dari orang yang sudah tiada menggunakan teknologi AI.
Salah satu kisah yang menarik perhatian adalah pengalaman Seakoo Wu, seorang ayah yang kehilangan anaknya, Xuanmo, akibat stroke saat kuliah di Inggris pada tahun 2022.
Wu menggunakan teknologi AI untuk menciptakan kembali suara dan wajah anaknya agar bisa "berkomunikasi" dengannya.