WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) dan calon presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa semua pemimpin terkemuka di Indonesia harus bekerja sama.
Prabowo berpandangan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak memiliki arti jika situasi di dalam negeri bergejolak.
Baca Juga:
Kabar Baik, Prabowo Umumkan Kenaikan Upah Buruh 6,5 Persen di 2025
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat menghadiri acara Rakernas LDII di Jakarta Timur pada hari Selasa, tanggal 7 November 2023.
Prabowo awalnya menyatakan bahwa rakyat Indonesia memerlukan kerja sama antara seluruh pemimpin, meskipun hal itu mungkin sulit dilakukan.
"Impian rakyat kita adalah agar seluruh pemimpin bersatu, bahwa seluruh pemimpin dapat bekerja sama. Terkadang, hal itu bisa menjadi sulit, terkadang tidak mudah. Karena manusia memiliki sifat-sifat tertentu, tetapi itulah yang diharapkan oleh rakyat kita," ujar Prabowo.
Baca Juga:
Arahan Prabowo Subianto, Tim Advokasi Partai Gerindra Siap Kawal Suara Tri Adhianto–Haris Bobihoe
Prabowo juga menekankan pentingnya pemimpin tidak memiliki pikiran yang terlalu terbatas, yaitu pikiran yang tidak menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan memiliki ambisi masing-masing.
"Jangan sampai terjadi pemikiran-pemikiran yang terlalu sempit. Tidak mengerti negara kita luar biasa. Tidak mengerti negara kita begitu kaya, dan sifat ego sifat ambisi kelompok yang merupakan fenomena wajar, setiap manusia berambisi, punya cita-cita," tuturnya.
Prabowo juga menyebutkan mengatakan dirinya berpikir tidak mau jadi presiden jika Indonesia penuh dengan kegaduhan dan kekerasan.
Untuk itu, dirinya mengatakan Indonesia harus penuh dengan persatuan dan persaudaraan.
"Tetapi waktu itu dibenak saya, untuk apa saya jadi presiden kalau negara kita penuh dengan kerusuhan, kegaduhan dan kekerasan. Saya tidak mau, saya tidak mau," ucapnya.
Dia mengungkapkan bahwa dia selalu berusaha untuk melakukan persuasi melalui diskusi, meskipun itu terkadang melelahkan. Baginya, memberikan pendapat dan berbicara jauh lebih baik daripada terlibat dalam konflik.
"Maaf tapi, dengan hubungan baik, dengan persaudaraan, dengan, persuasi, dengan bicara itu saya belajar bahwa kadang-kadang capek, bicara, bicara tapi bicara meyakinkan memberi argumen memberi data memberi pandangan memberi pendapat jauh lebih baik daripada gontok-gontokan," tuturnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]