"Peningkatan harga minyak dunia dapat terus terdorong karena Rusia merupakan salah satu negara eksportir minyak terbesar dunia, ini akan memengaruhi ekonomi domestik karena Indonesia merupakan net importir minyak dunia," papar Riza.
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menggunakan GTAP memprediksi Indonesia dapat mengalami kontraksi/perlambatan ekonomi 0,014 persen, sementara ASEAN secara keseluruhan 0,028 persen.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Oleh karena itu, Peneliti INDEF itu menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada para pemangku kepentingan, di antaranya Indonesia harus dapat menjaga stabilitas daya beli domestik, menekan inflasi, menjaga sektor konsumsi dan sektor riil.
Sektor konsumsi dan daya beli harus dijaga oleh pemerintah, karena itu jadi salah satu penopang utama perekonomian Indonesia, ujarnya.
Kemudian, ia juga menyarankan pemerintah menjaga kinerja ekspor Indonesia dengan negara-negara mitra utamanya, dan memperluas kerja sama ekspor dan impor.
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
Terakhir, ia juga menyarankan agar pemerintah mempercepat hilirisasi produk ekspor yang punya nilai tambah demi memperkuat daya saing industri dalam negeri.
Perang Rusia dan Ukraina mulai sejak 24 Februari 2022 saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer ke Donbas.
Tak lama setelah pengumuman itu, Rusia menyerang tujuh kota di Ukraina, termasuk ibu kota negara Kiev. [bay]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.