”Kami sudah siap. Kami punya tim juru runding. Jadi bulan ini kami sudah rapat segi tiga. Pokoknya dari segi politik, sipil, dan militer. Kami sudah putuskan siap menjadi juru runding untuk menegosiasi tentang kebebasan pilot,” kata Sebby.
Pilot Susi Air yang bernama Philip Max Mehrtens sudah disandera TPNPB-OPM sejak Februari lalu.
Baca Juga:
Brigjen Pol Faizal Ramadhani: Pembebasan Pilot Susi Air dengan Kesabaran dan Pendekatan Damai sebagai Kunci Utama
Selama lima bulan terakhir, pihak Polda Papua dan TNI sudah berupaya untuk menemukan lokasi kelompok itu dan membebaskan pilot.
Namun, upaya pembebasan ini tidak mudah. Permasalahan ini pun memicu beberapa insiden bentrokan senjata yang menewaskan sejumlah anggota TNI dan warga sipil.
Kelompok TPNPB-OPM terus mendesak pemerintah Indonesia untuk melibatkan Selandia Baru atau pihak internasional lainnya untuk menjadi pihak ketiga dalam membahas kemerdekaan Papua.
Baca Juga:
Pembebasan Pilot Susi Air, Tokoh Adat Port Numbay Apresiasi Peran TNI-Polri dan Para Tokoh
Tetapi, keinginan dialog kedua pihak tersebut belum terealisasi. Sebab, pemerintah Indonesia sudah berulang kali menolak tuntutan TPNPB-OPM yang mengaitkan pembebasan pilot Susi Air dengan isu kemerdekaan.
Belakangan, TPNPB-OPM mengancam akan membunuh sang pilot jika Jakarta menolak tawaran perundingan. Pernyataan ini menimbulkan tanggapan dari macam-macam pihak pemerhati isu Papua dan pegiat HAM.
Salah satunya adalah Amnesty Internasional yang menyerukan agar pilot segera dibebaskan tanpa syarat karena melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia mendasar.