Matori Abdul Djalil,
yang meninggal pada 12 Mei 2007, tepat hari ini 14 tahun lalu, adalah contoh
paling representasional dari politikus klasik NU yang tumbuh di era Orde Baru.
Ia tidak punya trah darah biru sebagai, misalnya, anak seorang kiai besar.
Karier politiknya dimulai sejak belia sebagai aktivis di Jawa Tengah dan
kemudian menjadi politikus tingkat nasional.
Rekan segenerasinya
yang memiliki jalan karier hampir mirip adalah Hasyim Muzadi, yang malang
melintang sejak muda di Jawa Timur. Bedanya, di puncak karier mereka, Hasyim
menduduki jabatan "non-politis" sebagai Ketua Umum PBNU; sementara
Matori konsisten di jalur partai.
Baca Juga:
Panglima TNI Dampingi Wakil Presiden RI Buka Konferensi Besar Fatayat NU 2024
Di PKB, Matori tak
luput dari, dan terlibat dalam, konflik-konflik internal yang menjadi
pemandangan umum di partai-partai baru pada awal era Reformasi. Konflik
terbesarnya tentu saja dengan sang patriark partai, Abdurrahman Wahid.
Matori vs
Gus Dur
PKB langsung ambil
bagian di Pemilu 1999 yang diikuti 49 peserta dan memperoleh jumlah suara yang
mengejutkan sebagai partai pendatang baru. PKB menempati posisi ke-3 dengan
13.336.982 suara, hanya kalah dari dua partai politik lama yakni sang pemenang
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar.
Baca Juga:
Mendikdasmen Umumkan Mulai 2025 Guru PPPK Bisa Mengajar di Sekolah Swasta
PKB bahkan lebih unggul
dari partai Islam yang jauh lebih tua, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
di peringkat ke-4. Berkat perolehan suara di Pemilu 1999 itu, sebut Mahrus Ali
dan M.F. Nurhuda dalam Pergulatan Membela yang Benar, PKB mendapatkan 51 kursi
di DPR.
Selain restu dari PBNU
serta peran santri dan para kiai, juga tentunya warga nahdiyin, keberhasilan
PKB dalam debutnya di Pemilu 1999 tidak terlepas dari sosok Gus Dur yang sangat
dihormati dan berpengaruh, serta merupakan salah satu tokoh Reformasi 1998. Gus
Dur kemudian menempati posisi orang nomor satu di negeri ini sebagai Presiden
Republik Indonesia ke-4, menggantikan B.J. Habibie.
Gus Dur menjadi
Presiden RI sejak 20 Oktober 1999 hingga dilengserkan pada 23 Juli 2001.