Ia menjelaskan bahwa kegelisahan Meta saat tidak bisa menghubungi Arya menjadi salah satu alasan ia meminta bantuan penjaga kos untuk memastikan kondisi suaminya.
Meski begitu, Yusuf menyatakan belum ada indikasi bahwa Meta meminta Siswanto untuk memanggil Arya secara langsung ke telepon.
Baca Juga:
Dapat Abolisi, Tom Lembong Titip Pesan Serius ke Prabowo Subianto
Dugaan adanya konflik pribadi antara Arya dan Meta juga mencuat sebagai faktor yang memperumit penelusuran motif.
Yusuf menyebut bahwa aspek-aspek pribadi dalam hubungan mereka tidak diungkap sepenuhnya oleh penyelidik karena bersifat sangat privasi.
Sementara itu, pernyataan aparat kepolisian dalam konferensi pers 29 Juli 2025 juga memicu perhatian publik karena secara tidak langsung menyebut Arya sebagai "korban" alih-alih "almarhum".
Baca Juga:
Kematian ADP, Kriminolog UI: Polisi Tak Gegabah Nyatakan Bunuh Diri, tapi Arah Sudah Jelas
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri menilai penggunaan istilah tersebut bisa menjadi cerminan dari kebenaran yang tidak sengaja terucap.
Reza menyebut bahwa dalam ilmu psikologi, slip of tongue atau keseleo lidah bisa mengungkap isi bawah sadar yang sebenarnya lebih jujur.
Menurut Reza, sangat janggal bila polisi menyimpulkan bahwa tidak ada tindak pidana, namun masih menyebut Arya sebagai korban, karena secara logika berarti ada pelaku di balik peristiwa tersebut.