Selama beberapa bulan, lanjut Septian, lab-lab itu masih menggunakan ekstraksi RNA secara manual untuk test PCR. Septian dan tim mendapatkan satu perusahaan yang merupakan afiliasi salah satu universitas di Cina atau semacam badan usaha yang bergerak dibidang bioteknologi.
"Alat ekstraksi RNAnya harganya lebih murah, kira-kira 1/10 dari harga alat ekstraksi yang diproduksi Qiagen, meskipun kapasitasnya 1/3. Begitu juga harga reagen untuk ekstraksi RNAnya," ujarnya.
Baca Juga:
Luhut Binsar Panjaitan Mendukung Suryadi Panjaitan sebagai Bakal Calon Bupati Toba
Yang lebih menarik, lanjut Septian, produsen China itu juga memproduksi reagen untuk PCR yang bisa digunakan baik dari LC 96 dan LC480 (kedua alat ini adalah open system). Dengan suplai dari Cina ini, Indonesia bisa memberikan donasi lebih banyak alat PCR dan ekstraksi RNA kepada lab-lab kampus itu.
Sebelum memutuskan beli, Septian meminta FKUI untuk melakukan pengujian terhadap barang-barang ini. Hasilnya diluar dugaan, cukup baik. Kata Septian, alat ekstraksi RNA mudah digunakan dan bisa melakukan ekstraksi dalam waktu satu jam. Reagen PCR pun ternyata memiliki sensitivitas yang lebih baik dibandingkan yang beredar di pasaran pada waktu itu.
"Awal Juni, barang-barang ini mulai datang ke Indonesia," imbuhnya.
Baca Juga:
Jokowi Tunjuk Menko Luhut Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN
Kepada lab-lab kampus, Septian menyampaikan hanya akan mendukung mereka dengan alat PCR dan Alat Ekstraksi RNA beserta reagen-reagennya untuk 10 ribu test untuk masing-masing lab berdasarkan kecukupan donasi yang disumbangkan Luhut dan teman-temannya.
"Namun, karena kita menemukan suplai baru dari China, kita bisa mendukung untuk lebih banyak reagen. Pak Luhut kemudian juga menerima telepon dari teman-teman beliau di Cina yang mau menyumbang untuk penanganan Covid-19 di Indonesia sehingga kita bisa memperoleh lebih banyak reagen," kata Septian.
Kata Septian, satu lab saat itu bisa menerima 30-50 ribu reagen PCR dan ekstraksi RNA untuk melakukan test ini. Setelahnya, dia meminta lab-lab tersebut harus bisa mandiri lantaran donasi yang terbatas.