"Kan dari awal sudah saya bilang jangan pernah bermimpi
dan menyeret-nyeret Jokowi dalam urusan remeh temeh seperti ini. Kalau Anda
ngerti tentang politik, maka dari awal itu konsolidasi internalnya dari awal
harus mantap," tegas Ngabalin saat dihubungi, Minggu (7/3).
Sindiran kemudian terlontar dari mulut Ngabalin. Mantan
anggota DPR RI periode 2004-2009 itu meminta agar elite-elite Partai Demokrat
tidak mengumbar pemikiran yang menandakan kepanikan.
Baca Juga:
Pemerintah Provinsi Laksanakan PIN untuk Tangani KLB Polio di Sulawesi Tenggara
"Jangan dikait-kaitkan dengan pemerintah, dengan
negara, dengan Jokowi, dengan Istana. Sudah, tutuplah pikiran-pikiran yang
hambar, pikiran-pikiran yang panik, pikiran yang mengait-ngaitkan orang lain.
Dari awal saya bilang," ucap Ngabalin.
"Jadi kalau orang ada buat KLB masa pemerintah harus
turun tangan mengurus masalah internal. Ya internal orang-orang partai,
orang-orang internal. Kenapa mesti dikait-kaitkan Presiden Joko Widodo,
menyeret-nyeret," imbuh dia.
Andi Mallarangeng mengelak menyeret-nyeret nama Presiden
Jokowi ke konflik Partai Demokrat. Justru, menurut Andi, dia hanya
mempertanyakan apakah Presiden Jokowi diberitahu Moeldoko terkait KLB Demokrat.
Baca Juga:
Kesiapsiagaan Tinggi Dinkes Tulungagung Hadapi Lonjakan Kasus DBD
"Saya nggak nyeret-nyeret Pak Jokowi, saya hanya
mempertanyakan, benar nggak itu, Pak Jokowi tahu nggak bahwa Pak Moeldoko
melakukan gerakan-gerakan politik untuk mengambil alih kepemimpinan di Partai
Demokrat. Saya mempertanyakan, apakah Pak Moeldoko minta izin nggak dia,"
sebut Andi, kepada wartawan, Minggu (7/3).
Andi memang pernah menjabat sebagai juru bicara (jubir)
Presiden. Ketika itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Presidennya. Cerita
pengalamannya menjadi jubir Presiden.
"Dulu saya jadi jubir di Istana. Mau pulang kampung
pergi tengok mertua aja minta izin saya sama Presiden. Minta 1-2 hari off,
misalnya mertua lagi sakit, 'Pak mohon izin mau tengok mertua di Yogya, mungkin
1-2 hari', kan begitu. Minta izin mau ke mana, alasannya saja kita kasih tahu,
'Pak, ini mau minta izin'," cerita Andi.