Berdasarkan bukti kondisi jenazah Brigadir J, Martin mempertanyakan kenapa sejumlah luka memar di sejumlah bagian tubuh, luka sayat, hingga rahang yang disposisi serta gigi yang hancur tidak diungkap.
“Disebut tembak-tembakan tapi ada beberapa luka yang seperti sayatan, terus ada rahangnya yang bergeser disposisi, pundaknya juga tidak simetris, ada sayatan juga di belakang di leher,” ucap Martin.
Baca Juga:
Dituding Tidak Profesional Tangani Kasus KM Cahaya Budi Makmur, Kapolres Sibolga Dilaporkan ke Propam
Sebelumnya, Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan aksi tembak antara Brigadir J dengan Bharada E diawali teriakan dari istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, karena Brigadir J memasuki kamar pribadinya.
Teriakan istri Kadiv Propam yang meminta pertolongan, membuat Brigadir J panik dan justru melepaskan tembakan kepada Bharada E yang bertanya.
“Ibu berteriak minta tolong, akibat teriakan tersebut Brigadir J panik, dan keluar dari kamar, kemudian mendengar teriakan dari Ibu, maka Bharada E yang saat itu berada di lantai atas menghampiri,” kata Ramadhan.
Baca Juga:
Tegur Sambo, Hakim: Polisinya Polisi Kenapa Tak Pikir Panjang?
Ramadhan menuturkan posisi Bharada E dengan Brigadir J berjarak 10 meter. Bharada E yang berada di lantai atas, bertanya ada apa ke Brigadir J, namun direspons dengan tembakan.
“Akibat tembakan tersebut, terjadilah saling tembak dan berakibat Brigadir J meninggal dunia,” ujar Ramadhan.
Dari hasil olah TKP, Ramadhan mengungkapkan ada 7 proyektil yang dikeluarkan dari Brigadir J dan 5 proyektil dari Bharada E.