WahanaNews.co | Pemiliham Umum (Pemilu) tahun 2024 di Indonesia memiliki keunikan karena bertepatan dengan hari kasih sayang sedunia atau Valentine’s Day.
Namun, meski berbarengan dengan hari Valentine, tak jarang pula sesama warga, teman, bahkan keluarga, mereka saling gontok-gontokan.
Baca Juga:
Soal Hasil Pilpres 2024: PTUN Jakarta Tak Terima Gugatan PDIP, Ini Alasannya
Padahal sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi. Pasalnya, perbedaan yang ada bukanlah suatu alat pemecah belah warga negara, utamanya Indonesia.
Kalau kita cermati, pesta demokrasi seperti Pemilu ini memang rawan memecah belah persatuan dan kesatuan suatu negara.
Asosiasi Psikolog Amerika Serikat bahkan menyebutkan kalau akibat "dark momen" ini bisa menimbulkam gejala stres akibat masa-masa kampanye yang sengit.
Baca Juga:
KPU Labura Verifikasi Berkas Calon Bupati dan Wakil Bupati di Rantau Prapat: Pastikan Dokumen Sah
Pemilu memang sangat berpotensi membuat orang saling berdebat keras dan tertekan secara mental.
Bagaimana tidak, bila kandidat yang kita pilih menang, mungkin apa yang menjadi pikiran dan membuat kita stres akan hilang.
Namun, bagaimana seandainya orang yang kita gadang-gadangkan untuk menjadi pemimpin negara ini akhirnya harus kalah?