“Saya suguhi kopi dan disitulah beliau merasa suka dan menyuruh saya buatkan kopi yang seperti ini,” ujar Patek menirukan ajakan David untuk menjualnya di kafe miliknya.
Namun Patek sempat menolak, khawatir nama buruknya justru merugikan bisnis David.
Baca Juga:
Mendagri Beberkan Modus Pendanaan Teroris di Indonesia
“Saya waktu itu menolak, terus menolak... saya khawatir bisnisnya dia jatuh atau dimusuhi karena menerima saya yang mantan teroris,” ucapnya jujur.
Namun, berkat keyakinan David dan tekad Patek untuk berubah, mereka meluncurkan empat varian: kopi rempah, kopi signature, kopi tubruk, dan kopi ijen.
“Kata ‘Ramu’ itu kalau dibaca dari belakang jadi ‘Umar’. Dulu saya meramu bom, sekarang saya meramu kopi,” katanya sambil tersenyum.
Baca Juga:
Berikut Sejumlah Eksekusi Mati yang Terjadi di Indonesia, No 3 Pernah Gemparkan Dunia
Tak hanya itu, Patek juga menekuni fotografi makro. Ia tertarik sejak menyimak liputan CNN Indonesia tentang seni berburu foto serangga saat masih di penjara. Selepas bebas, ia membeli lensa bongkaran dan belajar memotret kupu-kupu, laba-laba, dan katak.
“Saya memotret ini malam hari di hutan Baturraden... saya menginap di rumah sahabat saya yang [beragama] Nasrani,” ujarnya. Dari komunitas itu, Patek mengaku belajar soal keberagaman.
"Saya sudah tidak melihat batas agama, ras, suku, semua saya lalui. Mereka sangat baik menerima saya. Mentor saya seorang Nasrani, tapi dia tidak memandang masa lalu saya," tuturnya.