'Artis' dari Fajar Sikka pun hanya bisa menghela napas, tapi
juga senyum-senyum malu mendapat perhatian dari warga. "Okeh, satu lagu
lagi ya," kata Lola diiringi tawa dan tepuk tangan dari warga.
Selama masa pandemi covid-19, Fajar Sikka lebih banyak
beraksi mengelola bantuan sembako dari dan untuk masyarakat, termasuk berkampanye
tentang protokol Covid-19 dengan berkeliling kampung, sambil membagikan masker
gratis.
Baca Juga:
Transpuan yang Ditemukan Tewas Membusuk di Salon, Ternyata Dibunuh
Dengan bergabung di Fajar Sikka, Lola ingin mengubah stigma
masyarakat terhadap transpuan. Ini juga berangkat dari pengalaman pahit menjadi
transpuan 'pangkalan', yang kerap mendapat kekerasan. "Pernah disiram oli
kotor, bahkan sampai air kencing, disiram," katanya.
"Saya bergabung di Fajar Sikka, saya kepingin berubah,
tidak seperti dulunya lagi, tidak nyebong (mangkal) di jalan. Dengan bergabung
di Fajar Sikka ini, jadi kita tuh mau menunjukkan kelakuan yang baik, ya kita
dihargai begitu oleh masyarakat," kata lola.
Salah satu penerima bantuan, Fransiska Kondeja Solapung
mengaku komunitas transpuan ini yang pertama memberinya sembako selama pandemi.
"Dengan keadaan kami ini, rasa terharu. Kami rasa senang, ada perhatian
dari waria ini," katanya.
Baca Juga:
Dikira Mencuri, Transpuan di Bekasi Nyaris Dihakimi Masa
Penduduk Desa Talibura belum lama ini diterjang banjir,
termasuk menjadi wilayah dengan tingkat kasus demam berdarah yang tinggi.
Pendiri sekaligus Ketua Fajar Sikka, Hendrika 'Bunda Mayora'
mengatakan sasaran penerima bantuan sembako sudah disurvei terlebih dahulu.
"Orang-orang betul-betul yang terdampak, sudah kami observasi, sudah kami
ansos (analisa sosial), pergi lihat, dan survei, kami bantu," katanya.
Penyaluran sembako ini bukan yang pertama. Penyaluran
sembako ini sudah dilakukan beberapa kali selama masa pandemi.