Pada umumnya mengatasi munculnya gulma
banyak dilakukan dengan membabat secara manual, padahal cara demikian tidak
memecahkan masalah, lantaran gulma itu bakal tumbuh kembali, sebab itu
disarankan untuk melakukan langkah oles anak kayu dengan herbisida misalnya: trichlopir.
Perlu juga diperhatikan, dalam
menerapkan Ground Cover Management,
harus dipastikan bahwa areal terbebas dari ilalang, anak kayu, kentosan, pakis
kawat dan pakis udang.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Sebab bakal berdampak negatif pada
produktivitas tanaman kelapa sawit.
Jika semua telah dilakukan, maka
kejadian berikutnya bakal terjadi suksesi gulma atau perubahan komposisi gulma
dari suatu jenis gulma kepada komposisi jenis gulma.
Merujuk pengalaman di lapangan salah
satu jenis gulma yang merupakan hasil suksesi adalah Nephrolepis bisserata atau bernama pakis merambat di mana gulma
ini memiliki dampak positif terhadap peningkatan produktivitas kebun sawit.
Baca Juga:
Kejagung Geledah Kantor KLHK Terkait Dugaan Korupsi Kelapa Sawit Senilai Ratusan Miliar
Misalnya, pada kebun sawit yang
berlokasi di Seruyan, Kalimantan Tengah, penerapan Ground Cover Management dengan menjaga Nephrolepis untuk tumbuh dominan di gawangan (> 50 % luasan) mampu
mendorong peningkatan produktivitas tanaman.
Nampak jelas bahwa di areal perkebunan
di mana blok yang ditumbuhi Nephrolepis
lebih dari 50% dari luasan blok, produktivitas rata-rata kebun sampai dengan
bulan Juli 2015 bisa mencapai 11,17 ton TBS/ha, jauh dibandingkan dengan blok
yang di-cover Nephrolepis kurang dari
50% hanya mencapai 7,49 ton TBS/ha sampai dengan bulan Juli 2015.
Demikian juga untuk kebun-kebun
lainnya, di mana menunjukan produktivitas kebun terdongkrak di kala
pertumbuhan Nephrolepis lebih dari
50% dari seluruh areal.