Kenapa?
Yusuf mengatakan, hal ini tercermin dari pelonggaran pintu keluar masuk Indonesia pada awal 2021.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
Nyatanya, ketika dibuka, warga negara asing (WNA) tak langsung serta merta datang ke Indonesia, karena belum yakin dengan penanganan Covid-19.
"Bahkan ketika data kasus Covid-19 menurun pada Maret-Mei, kunjungan wisata asal ASEAN, misalnya, hanya mencapai 40 ribu. Padahal, sebelum pandemi bisa mencapai 300-500 ribu kunjungan. Hal ini karena cara penanganan pandemi yang ketika itu belum optimal, akhirnya mempengaruhi psikologis wisman," ungkap Yusuf kepada wartawan, Senin (4/10/2021).
Belum lagi, secara historis, biasanya minat wisata turis di periode Oktober justru tengah menurun, karena bukan merupakan masa liburan utama, seperti pertengahan tahun dan jelang tutup tahun.
Baca Juga:
BNNP Bali Gerebek Narkoba, Oknum Polisi Tertangkap Diserahkan ke Propam
"Jadi, saya kira, ini posisi yang belum mendukung untuk re-opening (membuka kembali) Bandara Ngurah Rai," ucapnya.
Di sisi lain, lanjutnya, sejumlah negara yang turisnya diundang melancong ke Tanah Air, justru sedang berjuang melawan kenaikan kasus, seperti China dan Korea Selatan.
Hal ini membuat pemerintah negara setempat justru sedang memberlakukan pembatasan ketat.