"Dan yang menariknya, kita bisa lihat bahwa masyarakat Indonesia yang dalam berinternet mereka mencari informasi, itu sebesar 83 persen. Kemudian mencari ide, inspirasi dan berkoneksi dengan keluarga atau teman," kata Heru menjelaskan.
Teknologi dan akses internet juga sangat penting untuk perekonomian Indonesia saat ini. Sebagai contoh, tren berbelanja online berhasil membuat roda ekonomi Indonesia tetap bergerak.
Baca Juga:
Demi Penguatan dan Kemandirian Konsumen, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Segera Sempurnakan dan Sahkan Revisi UUPK
Melihat fenomena itu, menurut Heru, transformasi digital merupakan sebuah keharusan.
"Meski pandemi ini selesai, tapi, kita hampir setiap saat mendengar ada varian-varian baru atau misalnya nanti ada virus baru. Kalau kita tidak menyiapkan ini (transformasi digital), saya khawatir ekonomi Indonesia akan berantakan, apalagi kita punya target yang cukup besar terutama di tahun 2045," katanya.
Dalam hal transformasi digital, Heru menilai bahwa Indonesia terbilang beruntung sebab masyarakatnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang baru.
Baca Juga:
Stop Sementara Peredaran Shine Muscat, BPKN: Prioritaskan Keselamatan Konsumen
Namun, saat ini masih ada sekitar 12 ribu desa di Indonesia yang belum memiliki akses internet sehingga yang harus segera dilakukan adalah percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital serta penyediaan layanan internet.
"Indonesia negara beruntung karena masyarakatnya kepo (ingin tahu). Ada TikTok, pakai TikTok. Ada WhatsApp, pakai WhatsApp, dari yang muda sampai tua. Tidak mengherankan kalau ojek online dan e-commerce-nya di sini berkembang. Pengguna ponsel saja sudah 370 juta," kata Heru.
Heru mengharapkan sinergi maksimal di antara seluruh pemangku kepentingan termasuk dalam hal regulasi yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sehingga mampu mendukung ketersediaan, keterjangkauan, maupun kualitas dan keamanannya. [eta]