Selain itu, nilai tukar rupiah yang saat ini sangat tertekan dan sempat tembus di atas Rp16 ribu per dolar AS, bisa terdepresiasi lebih dalam lagi. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa terbakar.
Mantan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar ikut bicara soal dampak serangan Iran kepada Israel terhadap harga energi.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
Ia menjelaskan konflik di Timur Tengah membuka peluang terhadap kenaikan harga minyak. Maklum, wilayah tersebut merupakan salah satu eksportir terbesar minyak mentah dunia.
Kendati demikian, menteri ESDM era pemerintahan Presiden Jokowi itu belum bisa memprediksi berapa kenaikan harga minyak tersebut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ESDM Tutuka Ariadji mewanti-wanti rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) naik hingga US$10 per barel buntut serangan Iran terhadap Israel. Oleh karena itu, ia pun memprediksi harga ICP bisa tembus ke level US$100 per barel.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Tutuka menjelaskan ketegangan geopolitik bisa kian memperkeruh rantai pasok. Apalagi, Indonesia merupakan importir minyak mentah.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P. Sasmita berpendapat dampak jika terjadi perang antara Iran dan Israel akan sangat besar.
Tak hanya dampak terhadap ekonomi global akibat pasokan minyak dunia dari Timur Tengah yang mandek, terutama dari Selat Hormuz dan Laut Mediterania, tetapi juga dampak terhadap geopolitik.