Menurutnya, perang kedua negara itu akan membelah dunia menjadi dua kubu. Pasalnya, kedua negara akan menjadi proksi geopolitik dari dua kubu yang sejak lama sulit untuk akur. Karena itu, banyak yang menyebut potensi perang dunia ketiga ada di balik terjadinya perang di antara kedua negara itu.
"Jika itu sampai terjadi, ekonomi dunia yang memang sudah sulit akan semakin sulit. Tentu imbasnya ke Indonesia akan bertambah besar, baik dari sisi ekspor maupun dari sisi kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar," jelas Ronny dilansir CNNIndonesia, Selasa (16/4/2024).
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
"Semuanya sangat berpotensi menekan performa ekonomi kita ke zona kontraktif," sambungnya.
Lebih lanjut, Ronny menjelaskan perang yang berimbas terhadap kenaikan harga minyak dunia bakal berdampak terhadap sejumlah hal.
Panasnya tensi Iran vs Israel akan memaksa pemerintah untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri dengan mengurangi subsidi alias menaikkan harga jual.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Hal ini berisiko menaikkan inflasi. Jika inflasi meningkat, maka suku bunga akan berpotensi naik untuk menekan peredaran uang agar harga-harga kembali stabil.
Ronny menjelaskan kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi membawa rupiah semakin tertekan. Sebab, ekspektasi terhadap ekonomi domestik semakin menurun di satu sisi dan penguatan dolar di sisi lain.
Alhasil, inflasi akan semakin menjadi-jadi karena biaya impor bahan baku dan bahan baku penolong semakin mahal, yang membuat biaya produksi barang berbasis bahan baku impor semakin naik, yang kemudian diikuti harga jual barang yang ikut melangit.