WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mengusulkan agar pemerintah menerapkan tarif balasan resiprokal terhadap produk Amerika Serikat (AS) sebagai langkah jangka pendek untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil.
"Jika mereka memberlakukan tarif tinggi, kita juga harus menyesuaikan. Tarif dibalas tarif. Namun, opsi lain seperti menurunkan tarif untuk produk AS juga bisa dipertimbangkan demi keseimbangan," ujar Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki, di Jakarta, Minggu.
Baca Juga:
Trump Sesumbar BRICS Gagal Lawan Dolar Berkat Kebijakan Tarifnya
Basuki menyatakan bahwa pihaknya khawatir dengan dampak kebijakan tarif AS terhadap industri komponen otomotif nasional.
GIAMM menilai pemerintah perlu mengambil langkah strategis, mengingat ekspor komponen otomotif Indonesia ke AS saat ini merupakan yang terbesar kedua setelah Jepang.
"Kebijakan ini jelas berdampak besar bagi industri kita. Sebelumnya, tarif masuk ke AS relatif rendah, sedangkan produk Amerika yang masuk ke Indonesia justru dikenakan tarif jauh lebih tinggi," jelasnya.
Baca Juga:
Jika Tuntutan Demo Tak Dikabulkan, Ojol Bakal Gelar Aksi Lanjutan
Selain itu, GIAMM juga menyoroti potensi membanjirnya produk komponen otomotif asal China ke Indonesia sebagai dampak dari kebijakan perdagangan AS terhadap negara tersebut.
Sebagai langkah antisipasi, GIAMM mendorong pemerintah untuk tidak hanya menyesuaikan tarif, tetapi juga memperkuat hambatan nontarif seperti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Hal ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan barang impor yang kurang kompetitif dari segi kualitas dan harga.