Ekosistem tersebut melibatkan empat komponen yaitu UMKM itu sendiri, lokapasar (marketplace) sebagai akses digitalisasi, ritel modern sebagai akses kemitraan, dan perbankan sebagai akses pembiayaan.
“Keempat hal tersebut tidak bisa lepas. Sebagai contoh, ritel modern di Surabaya tidak perlu membeli sambal di Jakarta. Pasok sambal dari UMKM di Surabaya. UMKM dapat pasar, ritel modern tidak perlu mengeluarkan ongkos pengiriman dari Jakarta.
Baca Juga:
Mendag Budi Lakukan Pertemuan Bilateral dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang
Kemudian, pemasaran digital tidak bisa dihindari. Ketika masuk ranah digital, produk akan diketahui lebih banyak konsumen dan pasarnya akan jadi besar sekali.
Lalu, ketika UMKM akan mengekspor tetapi kesulitan modal, ada lembaga pembiayaan ekspor dan perbankan dari segi modal usaha,” tutur Mendag Zulkifli Hasan.
Dia juga menjelaskan upaya pemerintah untuk membuka pasar ekspor baru ke negara-negara tradisional, di antaranya Bangladesh, India, dan Pakistan di Asia Selatan; kawasan Afrika; serta Timur Tengah.
Baca Juga:
Mendag Budi Lakukan Pertemuan Bilateral dengan Menteri Perdagangan Kanada
Mendag berharap UMKM dapat memanfaatkan momentum pembukaan pasar baru dan memperluas cakupan pasar produk-produk UMKM dalam negeri.
“Kalau mau maju, kita harus meningkatkan kemampuan kita. Harus ada semangat berubah dan belajar.
Upgrade kemampuan kita, pelajari cara membuat foto produk yang bagus, kemasan yang menarik, dan
kemampuan berjualan daring,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Kontribusi UMKM sangat vital terhadap perekonomian Indonesia, dalam hal ini ketika berhadapan
dengan krisis akibat pandemi Covid-19. Sebesar 99 persen unit usaha di Indonesia terdiri atas UMKM.