Tohom meyakini, sekarang adalah saat yang tepat untuk melibatkan Artificial Intelligence (AI) dalam layanan konsumen karena teknologi ini menawarkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan kepuasan pelanggan.
"Dengan kemampuan AI untuk menganalisis data besar secara cepat dan akurat, perusahaan dapat memberikan pengalaman yang lebih disesuaikan dan responsif kepada pelanggan," katanya.
Baca Juga:
Hadirkan Produk Baru, Ini Syarat Laptop Bisa Disebut Sebagai AI PC
Selain itu, menurutnya, AI juga memungkinkan otomatisasi tugas-tugas rutin, mengurangi waktu tunggu, dan meminimalkan kesalahan manusia.
"AI dapat memantau transaksi dan interaksi untuk mendeteksi potensi masalah atau penipuan, sehingga memperkuat perlindungan konsumen. Integrasi AI dalam layanan konsumen tidak hanya memperbaiki kualitas layanan tetapi juga meningkatkan loyalitas pelanggan dan daya saing perusahaan di pasar," bebernya.
Asa-usul Harpelnas
Baca Juga:
Bos NVIDIA Ungkap AI Bisa Jadi Senjata RI Genjot Pertanian
Harpelnas pertama kali digagas pada tahun 2003 oleh CEO Frontier Group, Handi Irawan D, di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk BUMN, perusahaan swasta, dan pemerintah, Harpelnas resmi dicanangkan pada tanggal 4 September, dihadiri oleh sekitar 200 direktur utama dan melibatkan 500 perusahaan.
Seiring waktu, peringatan ini tidak hanya menjadi pengakuan hak-hak konsumen, tetapi juga sebagai momentum untuk menghargai peran konsumen dalam kemajuan ekonomi.