Sebagai pusat transhipment terbesar di dunia, peranan Singapura sebagai pusat perdagangan bergantung kepala lancarnya lalu lintas kapal di Selat Malaka. Selagi kapal melewati Selat Malaka, Singapura akan meraih keuntungan yang cukup besar.
Namun, bukan berarti Singapura tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa depan perekonomiannya. Jika ada jalur kapal lain yang dibuka, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan lalu lintas di Pelabuhan Singapura.
Baca Juga:
Raffi Ahmad Jadi Waketum Kadin Versi Anindya Bakrie, Jadi Sorotan Media Asing
Singapura khawatir pelayaran jalur Kutub Utara akan dibuka. Jika jalur tersebut dibuka, maka kapal yang berlayar dari China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang menuju Eropa Utara, atau sebaliknya, tidak akan melewati Selat Malaka lagi.
Karena itu, Singpura akhirnya bergabung dalam Arctic Council sebagai Negara Pemerhati (Observer States). Organisasi tersebut bertugas untuk mempelajari satwa liar, dampak lingkungan alam, kemungkinan kecelakaan kapal, pencemaran, tumpahan minyak dan cara mengatasinya, serta lalu lintas perkapalan di jalur laut utara.
Keanggotaan Singapura dalam Arctic Council bisa memastikan bahwa negara tersebut tidak akan ketinggalan perkembangan dalam rute laut utara, apabila sewaktu-waktu dibuka sebagai jalur pelayaran komersial. [Tio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.