Saat dana pribadi untuk mengembangkan Bukalapak telah habis, Zaky mengatakan, tidak ada pihak yang mau berinvestasi sebesar Rp100 juta, padahal suntikan dana ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas server yang hampir jebol.
Pada 2011, Bukalapak yang berusia satu tahun hampir ditutup. Saat itu, Bukalapak padahal sudah cukup memiliki pasar. Bukalapak sudah terkenal di kalangan pengguna yang hobi bersepeda, khususnya sepeda fixie.
Baca Juga:
Tingkatkan Kesejahteraan, Eks Napi Teroris Diberdayakan BNPT Bersama Bukalapak
Sebagai platform berbasis website, Bukalapak sudah bisa menghasilkan 8,7 juta tampilan halaman per bulan pada 2011. Capaian ini merupakan lompatan yang sangat jauh dibanding bulan pertama Bukalapak beroperasi, yang hanya mencatat 150.000 klik.
Namun, capaian akses tersebut tidak diikuti dengan capaian pendapatan. Pendapatan yang diperoleh Bukalapak kala itu dari iklan yang dibayar pedagang hanya berkisar Rp 6–10 juta Pendapatan ini tak cukup buat bayar operasional dan Bukalapak mengalami krisis keuangan.
Di tengah nasib Bukalapak yang hampir tutup, datanglah “bantuan” dari pemodal ventura asal Jepang Takeshi Ebihara yang berinvestasi sebesar Rp 2 miliar. Zaky akhirnya bisa melanjutkan nafas untuk mengembangkan Bukalapak sebagai marketplace.
Baca Juga:
Dituding Rugikan Sampai Rp 1 T, Bukalapak Digugat ke Pengadilan
Bukalapak terus bertumbuh sebagai marketplace. Pada 2013, Bukalapak berhasil mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp500 juta atau Rp1,5 miliar setiap bulan. Bukalapak saat itu juga memiliki lebih dari 80.000 penjual dan 30 juta tampilan halaman per bulan.
Zaky sebagai CEO berhasil membawa Bukalapak menjadi startup “Unicorn” ke-empat di Indonesia dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS pada sekitar awal 2018. Kala itu, Bukalapak sudah jauh berkembang dengan memiliki 35 juta pengguna aktif bulanan dan 2,2 juta pelapak.
Mundur sebagai CEO Bukalapak