Menurut Wijayanto, mesin keempat ini masih berfungsi dengan baik tapi juga tak lepas dari masalah.
"Saat ini ada 27 negara yang sedang mengantri di IMF untuk dibantu seperti Indonesia pada tahun 1998. 39% ini tidak mengalami krisis tapi juga tidak baik-baik saja. Sehingga sebagai penumpang jika kita mengharapkan pesawat terbang tinggi dan juga smooth, sampai tujuan on time itu sedikit berat karena kita harus bersiap dengan adanya guncangan-guncangan."
Baca Juga:
Lebih dari Separuh Provinsi Terdampak, RI Alami Deflasi Terpanjang Selama 2024
Krisis yang terjadi di masa lalu bisa diidentifikasi, kalau bukan krisis keuangan pasti krisis energi dan solusinya memperkuat perbankan agar ekonomi dapat berjalan lagi. Namun krisis saat ini berbeda dikarenakan adanya Pandemi Covid, Perang Ukraina-Rusia, Kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan.
Jika pertumbuhan ekonomi bagus, maka perusahaan akan melakukan ekspansi dan membuka lapangan pekerjaan baru, namun kalau pertumbuhan ekonomi rendah, maka perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga lapangan pekerjaan menjadi lebih lebih sulit.
"Kita akan menghadapi era dimana krisis akan sering terjadi, tidak perlu takut kepada resiko, tapi harus pandai menghadapi resiko. Dari pembacaan saya dari literature dan juga pengalaman, supaya bisa survive di era ketidakpastian seperti ini kita perlu mindset baru, attitude dan skill baru, dan model bisnis baru. Kalau kita menggunakan mindset lama, attitude lama, dan bisnis model lama kita tidak akan survive." Ungkapnya dalam rilis yang diterima WahanaNews.co.
Baca Juga:
Prof Fakhili Gulo Sebut Pertumbuhan Ekonomi Nias Barat Tidak Meningkat: Termiskin di Sumut!
Wijayanto juga memberi pesan agar para lulusan berani bersaing "Saya banyak berinteraksi dengan anak muda mereka lebih melek teknologi, kreatif, cekatan. Kalau kita masih muda takut bersaing dengan senior itu salah karena kebalikannya para senior yang merasa lebih grogi. Jadi kemudaan rekan-rekan itu adalah keuntungan." Katanya.
Setelah lulus kuliah lanjut Wija, akan dihadapkan kembali dengan proses pembelajaran yang sangat pasif, produktif, dan dinamis, dihadapkan dengan dunia nyata dan hal baru.
"Problem kita seringkali kita belajar merasa nyaman, karena belajar menggunakan cara yang sama. Ada orang yang sudah kerja 10 tahun, sebenarnya pengalamannya hanya 1 tahun tapi diulang sebanyak 10 kali."