"Sekarang ada teknologi baru dari berbagai sumber, ini ada yang namanya battery energy storage systems ya, ini sekarang murah ya. Sekarang kita di Indonesia sudah ditawarkan 4 cent per kilowatt hour, 4 tahun lalu Tesla menawarkan 14 cent. Sekarang ada yang menawarkan 4 cent dan menuju ke 3 cent. Jadi saya kira ini transformasi energi terbarukan menjadi sangat terjangkau, tidak mahal." lanjutnya.
Indonesia sendiri berencana membangun lebih banyak pembangkit energi terbarukan demi mencapai target emisi nol karbon pada 2060 mendatang. Salah satu implementasinya adalah dengan pembangunan 75 gigawatt (GW) energi terbarukan dalam 15 tahun ke depan yang tercantum dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, optimistis rencana pengembangan energi terbarukan ini bisa berjalan dengan baik. Kinerja PLN dalam masa transisi yang sedang dijalani saat ini menunjukkan bahwa target tersebut bisa terwujud.
Dengan jumlah pelanggan sebanyak 92 juta, PLN mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 32 miliar atau sekitar Rp 487,38 triliun sepanjang 2023. PLN bahkan berhasil membukukan keuntungan terbesar dalam sejarah perseroan dengan meraih laba bersih sebesar Rp 22,07 triliun pada tahun 2023, sekaligus mencetak hattrick rekor laba bersih selama tiga tahun berturut-turut sejak 2021.
"Laba bersih kami mencapai rekor tertinggi selama tiga tahun berturut-turut. Jadi menandai kinerja keuangan terbaik dalam sejarah PLN." kata Darmawan.
Baca Juga:
Mengungkap Kembali Workshop ALPERKLINAS di Tahun 2013: Harmonisasi Konsumen dan Produsen dalam Pelayanan Listrik di Indonesia
Dalam masa transisi selama empat tahun terakhir, PLN juga telah berhasil menghilangkan 13,3 GW pembangkit batu bara sebagai usahanya mengurangi peningkatan emisi. Menurut hitungan PLN, langkah tersebut bisa menekan emisi GRK hingga 1,8 miliar metrik ton dalam 25 tahun.
"Itu memberi sinyal bahwa kami sedang melakukan transisi." kata Darmawan.
Meski optimistis, PLN mengakui hal ini tak dapat dilakukan sendirian oleh perseroan. Butuh kolaborasi dengan banyak pihak untuk mewujudkan target ambisius tersebut.