Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pembicaraan sedang dilakukan untuk pembebasan selusin sandera yang ditahan oleh kelompok Islamis, termasuk enam orang Amerika, sebagai imbalan atas gencatan senjata tiga hari di Gaza.
"Saya ingin mengesampingkan segala macam rumor palsu yang kami dengar dari berbagai arah, dan menegaskan kembali satu hal yang jelas: tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami," kata Netanyahu seperti dikutip AFP.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Sumber yang dekat dengan Hamas menyatakan bahwa gencatan senjata diintermediasi untuk memberi Mesir waktu tambahan dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan dan memungkinkan Hamas membebaskan 12 sandera.
Terdapat perbedaan pendapat seputar periode waktu gencatan senjata, terutama di sekitar utara Jalur Gaza yang mengalami operasi tempur yang intensif.
Pada Rabu lalu, sumber terpisah yang mengetahui pembicaraan tersebut mengungkapkan bahwa Qatar memediasi negosiasi dengan koordinasi bersama AS untuk membebaskan 10-15 sandera dengan imbalan gencatan senjata selama satu hingga dua hari.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Pertempuran masih berlanjut di Gaza setelah lebih dari sebulan sejak serangan awal dari Hamas pada 7 Oktober.
Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menyebabkan kematian sekitar 1.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, dan 239 orang lainnya disandera.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas mencatat bahwa jumlah korban jiwa telah melampaui 10.569 orang tewas di Gaza akibat kampanye militer balasan dari Israel untuk menghancurkan Hamas.