Pada 2005 dan 2010, Argentina mengumpulkan seluruh kreditur
untuk berdiskusi terkait restrukturisasi utang senilai US$100 miliar atau
Rp1.440 triliun.
Beruntung, mayoritas kreditur setuju dengan skema
restrukturisasi yang ditawarkan Argentina. Namun, pemerintah Argentina kembali
mengajukan pinjaman US$50 miliar atau Rp720 triliun ke Dana Moneter
Internasional atau International Monetary Fund (IMF) pada 2018.
Baca Juga:
Gawat! Banyak Anak Muda Terlilit Utang PayLater, OJK Serukan Edukasi Keuangan
Argentina mengajukan utang ke IMF untuk menangani krisis
ekonomi yang sedang terjadi saat itu. Krisis terjadi lantaran kenaikan inflasi
yang signifikan, sehingga mata uang peso Argentina anjlok hingga 40 persen
sepanjang 2018.
Sementara, Argentina mengungkapkan tak bisa membayar utang
ke IMF sebesar US$45 miliar atau Rp648 triliun pada tahun ini. Pemerintah
mengaku tak memiliki dana untuk membayarnya.
Baca Juga:
OJK Bongkar Utang Jumbo Sritex: Ada Rp 14,64 Triliun yang Menanti Pembayaran
3. Zimbabwe
Zimbabwe terlilit utang hingga US$4,5 miliar atau Rp64,8
triliun pada 2008. Tingkat pengangguran Zimbabwe juga melonjak hingga 80
persen.
Masyarakat Zimbabwe berhenti menggunakan bank. Bahkan,
mereka juga berhenti membayar pajak dan tak menggunakan mata uang nasional
sebagai alat transaksi jual beli.