PL-15 yang digunakan dalam penembakan Rafale dilengkapi radar AESA dan mampu mencapai kecepatan Mach 4, menjadikannya salah satu rudal udara-ke-udara paling mematikan di dunia saat ini.
Guncangan Strategis Regional
Baca Juga:
Akhirnya! Jenderal India Terbuka soal Kekalahan Awal di Konflik dengan Pakistan
Bagi India, kemungkinan Rafale yang dibeli mahal dari Barat dikalahkan sistem buatan China-Pakistan bukan hanya memalukan—ini mengguncang doktrin keamanan regional.
Selama puluhan tahun, strategi akuisisi India bertumpu pada keyakinan bahwa sistem Barat memberikan keunggulan mutlak atas musuh yang menggunakan peralatan China atau Rusia. Keyakinan itu kini diuji realitas paling pahit.
Meski klaim kehilangan Rafale belum dikonfirmasi resmi, penolakan India membiarkan audit Dassault menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi dan tingkat kepercayaan antara pembeli dan produsen.
Baca Juga:
India Usulkan Kemitraan Baru dengan Indonesia untuk Tingkatkan Perdagangan
Implikasi Politik dan Strategis
Partai oposisi India kembali mengangkat tuduhan lama tentang korupsi dalam akuisisi Rafale dan menuntut audit menyeluruh terhadap performa pesawat di medan tempur.
Kementerian Pertahanan India kini dipaksa mengevaluasi ulang apakah strategi masa depan harus bergantung pada produksi domestik dan transfer teknologi, bukannya terus membeli platform asing yang enggan memberikan kontrol penuh.