India telah lama mengeluhkan keengganan Dassault memberikan akses penuh terhadap source code sistem avionik Rafale, isu yang membelit sejak kontrak senilai US$8,7 miliar diteken pada 2016.
"Tanpa source code, kami tidak bisa mengupdate software, mengintegrasikan senjata lokal, atau melakukan maintenance mendalam. Ini membatasi kedaulatan operasional kami," keluh seorang insinyur IAF.
Baca Juga:
Berikut Daftar Negara Terluas di Dunia, Rusia Nomor 1
Bagi India, ini adalah petanda bahwa produsen senjata Barat lebih mementingkan perlindungan kekayaan intelektual daripada menjamin kemampuan tempur jangka panjang pelanggan.
China Mengejek, Dunia Tercengang
China tidak menyia-nyiakan momentum ini. Setelah India mengklaim berhasil menemukan rudal PL-15 utuh yang gagal meledak, diplomat "wolf warrior" China mengejek India di media sosial.
Baca Juga:
Meski Tak Lulus SMA, Pria Ini Buktikan Bisa Jadi Petani Buah Sukses
"India membayar US$288 juta per Rafale, tapi tidak punya akses source code," cuit seorang pejabat China di platform X.
"Mereka klaim bisa 'ekstrak software' dari serpihan PL-15, padahal sistem inti jet Rafale mereka sendiri tidak bisa diakses."
Sindiran itu mungkin provokatif, tapi menyoroti realitas baru: sistem senjata China seperti PL-15 kini tidak hanya kompetitif, bahkan mampu mengalahkan sistem Barat di medan tempur nyata.