Indonesia di Persimpangan Teknologi Tempur
Pada awal 2026, Indonesia dijadwalkan menerima gelombang pertama jet Rafale hasil kontrak senilai Rp116 triliun.
Baca Juga:
Kontrak Rafale dan F-15EX, Indonesia Tancap Gas Perkuat Pertahanan Udara
Kontrak pembelian tahap demi tahap telah diteken sejak Februari 2022 saat Menhan Prabowo Subianto menjamu Menhan Prancis Florence Parly.
Pesan politik di balik pembelian ini amat jelas: modernisasi alutsista adalah prioritas.
“TNI AU Akan Semakin Menggetarkan,” tulis Kementerian Pertahanan dalam rilis resmi mereka pada Januari 2024, menyiratkan bahwa kehadiran Rafale akan menjadi simbol kebangkitan kekuatan udara Indonesia.
Baca Juga:
Wamenhan Tegaskan Indonesia Bebas Pilih Alutsista, J-10C Jadi Kandidat Kuat
Namun hari ini, ketika Pakistan mengklaim menumbangkan Rafale di atas langit Kashmir, pertanyaan membuncah: apakah Indonesia telah menaruh harapan pada platform yang salah?
Rafale: Gagah di Brosur, Rawan di Medan?
Dassault Aviation, pabrikan Rafale, memasarkan jet ini sebagai pesawat "omnirole" yang mampu menjalankan berbagai misi tempur: dari pertahanan udara, pengintaian, penyerangan laut, hingga penanggulangan ancaman nuklir.