WahanaNews.co | China menolak seruan NATO untuk ikut mengutuk Rusia.
Sebaliknya, China mengingatkan blok itu bahwa pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) membom kedutaan besarnya di Beograd selama serangan 1999 di Yugoslavia.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
“Orang-orang China dapat sepenuhnya berhubungan dengan rasa sakit dan penderitaan negara lain karena kami tidak akan pernah melupakan siapa yang telah mengebom kedutaan kami di Republik Federal Yugoslavia," kata juru bicara misi diplomatik Beijing untuk Uni Eropa (UE), menanggapi pernyataan yang dibuat oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Kami tidak membutuhkan kuliah tentang keadilan dari para pelanggar hukum internasional,” sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (17/3/2022).
Mencap NATO sebagai “sisa Perang Dingin”, diplomat itu menyarankan bahwa organisasi tersebut perlu melakukan refleksi diri untuk memeriksa apakah kelompok itu berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia, dengan ekspansi dan operasi militernya.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Stoltenberg menargetkan China pada hari Selasa menjelang pertemuan darurat dengan Menteri Pertahanan NATO. Dia menyarankan Beijing harus bergabung dengan seluruh dunia dalam mengutuk keras invasi brutal Ukraina oleh Rusia.
Ia juga mengatakan bahwa dukungan apa pun untuk Moskow sekarang akan membantunya untuk terus mengobarkan perang yang menyebabkan kematian, penderitaan, dan kehancuran yang sangat besar.
“China memiliki kewajiban sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk benar-benar mendukung dan menegakkan hukum internasional,” tambahnya.