Serangan Rusia terhadap Ukraina, yang diluncurkan pada akhir Februari, sebagian dibenarkan oleh ekspansi NATO yang merayap. Moskow mengatakan itu menimbulkan ancaman yang meningkat terhadap keamanan nasionalnya yang harus dihilangkan setelah AS dan sekutunya menolak untuk mengurangi situasi secara damai.
Rusia juga mengatakan harus melindungi pemberontak di timur Ukraina dari serangan lanjutan oleh pasukan pemerintah Ukraina.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Beijing menyuarakan dukungan untuk integritas teritorial Ukraina, tetapi setuju dengan alasan Moskow, mengatakan bahwa ekspansi Eropa NATO jelas provokatif.
China menolak untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan mengkritik negara-negara yang melakukannya, menyebut tindakan tersebut ilegal dan merusak ekonomi dunia.
Sebuah pembom B-2 AS menyerang kedutaan besar China di Beograd sekitar tengah malam pada tanggal 7 Mei 1999, menewaskan tiga wartawan China dan melukai sekitar 20 orang. Penargetan dilakukan oleh CIA, yang kemudian mengklaim ingin memberikan koordinat untuk depot militer terdekat.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, meminta maaf atas serangan tersebut dengan menyebutnya sebagai kecelakaan.
NATO meluncurkan kampanye pengeboman 1999 terhadap Yugoslavia tanpa izin dari Dewan Keamanan PBB, di mana Rusia dan China memveto semua upaya. Aksi militer tersebut dibenarkan oleh kebutuhan untuk melindungi pemberontak di Kosovo dari serangan lanjutan oleh pasukan Yugoslavia. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.