WahanaNews.co | Pada bulan Juni, seorang remaja autis di Kamboja ditangkap pihak berwajib setelah menulis pesan di platform media sosial Telegram, yang diduga menghina pejabat partai yang berkuasa. Ia belum melihat keluarganya sejak itu.
Pakar PBB mengatakan "sangat terganggu" oleh kasus ini dan menyerukan pembebasannya.
Baca Juga:
Tim Voli Putra Indonesia Bangkit, Tundukkan Kamboja di SEA V League 2025
Hidup tidak mudah bagi Kak Sovann Chhay, remaja laki-laki Kamboja yang berusia 16 tahun.
Ia memiliki autisme dan keluarganya mengatakan ia hampir tidak berbicara sampai ia berusia sembilan tahun.
Di sekolahnya di ibu kota Kamboja, Phnom Penh, anak-anak lain akan mengejeknya, dan ia biasanya menghabiskan waktu makan siangnya sendirian, membersihkan sampah di taman bermain untuk menghabiskan waktu.
Baca Juga:
Buntut Bentrokan, Kamboja Serahkan Sengketa Perbatasan ke Mahkamah Internasional
"Ketika ia berbicara dnegan kami, ia hanya berkata sepatah dua patah kata," tutur ibunya, Prum Chanta, seorang aktivis hak asasi manusia.
"Ketika tiba saatnya makan, ia turun ke bawah dan kemudian langsung kembali."
Prum ChanthaSovann Chhay, tampak di foto ini bersama ibunya, memiliki hasrat akan politik ketika menginjak usia remaja.