Remaja berusia 16 tahun itu dituduh menghina pemimpin pemerintah. Dia didakwa melakukan hasutan dan menghina pejabat publik, serta menghadapi ancaman hukuman dua tahun penjara.
Ini bukan kali pertama Sovann Chhay menjadi sasaran.
Baca Juga:
Peran Dewi Astutik Gembong Narkoba Jaringan Internasional, Buron Sabu Rp5 Triliun Terungkap
Pada Oktober silam, ia ditangkap setelah masuk ke bekas markas CNRP yang terbengkalai, dengan niat mengambil bendera partai yang ada di bangunan itu untuk kamarnya.
Ia dibebaskan dua hari kemudian, setelah media corong pemerintah, Fresh News, menyiarkan "pengakuan" di mana ia meminta maaf karena "menyebabkan huru-hara".
Dan pada bulan April, ia dirawat di rumah sakit dengan tengkorak retak setelah dua pria bersepeda motor tiba-tiba memukulnya dengan batu bata.
Baca Juga:
Mundur dari SEA Games 2025, Keputusan Kamboja Berpotensi Ubah Peta Persaingan Indonesia
Para penyerang belum ditemukan, tetapi serangan itu memiliki kesamaan dengan yang baru-baru ini terhadap pendukung oposisi.
Prum ChanthaPrum Chantha, tampak di sini bersama dengan ibunya di belakangnya, adalah bagian dari gerakan protes Friday Women
Ayahnya adalah bagian dari lebih dari 150 tokoh oposisi yang menghadapi pengadilan tertutup karena dituding berkomplot untuk mengkudeta partai yang berkuasa, yang dipimpin Perdana Menteri Hun Sen, salah satu pemimpin dunia yang menjabat dalam jangka waktu lama.