Ia berfungsi sebagai "quarterback di langit", menyatukan data medan perang multispektral dan mendistribusikannya ke seluruh simpul tempur.
Kini beroperasi di lebih dari 17 negara sekutu, dengan lebih dari 980 unit telah dikirimkan secara global, F-35 telah menjadi simbol supremasi udara Barat dan jantung dari strategi interoperabilitas NATO.
Baca Juga:
Indonesia Resmi Miliki Jet Tempur Siluman KAAN, Erdogan: Kerja Sama Bersejarah
“F-35 bukan hanya alat tempur, tetapi juga pusat digital yang membuat pasukan sekutu bisa bertindak secara terpadu dan serempak,” ujar Dr. David Deptula, pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Udara AS dan arsitek doktrin udara modern Amerika. “Inilah jet yang mengubah wajah perang.”
Di pihak lain, Su-57 Felon yang dikembangkan Sukhoi sebagai bagian dari United Aircraft Corporation, adalah respons strategis Rusia terhadap dominasi udara Barat.
Meski memiliki fitur siluman terbatas, Su-57 lebih menonjol dalam hal kelincahan ekstrem, kendali vektor dorong, dan mesin ganda yang bertenaga.
Baca Juga:
Gawat! Jet Tempur Rafale Gagal Total, Armenia Siap Beli Jet Super Sukhoi dari India
Beroperasi terbatas sejak 2020, jet ini dibangun untuk bertahan di wilayah udara yang sengit tanpa dukungan jaringan ISR yang kuat seperti milik NATO.
Moskow merancang Su-57 untuk bertindak secara mandiri, menekankan kekuatan kinetik, kemampuan bertahan, dan serangan otonom.
“Su-57 mencerminkan pendekatan Rusia yang sangat berbeda. Mereka ingin jet tempurnya bertahan sendiri di udara tanpa bergantung pada jaringan,” kata Pavel Felgenhauer, analis militer senior di Moskow. “Ini pesawat yang dibangun untuk bertarung, bukan berkomunikasi.”