WAHANANEWS.CO, Jakarta - Hujan deras yang mengguyur Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir memicu banjir besar yang merendam tenda-tenda pengungsian tempat ribuan warga Palestina bertahan hidup.
Genangan air setinggi puluhan sentimeter membuat kondisi para pengungsi semakin memprihatinkan, terlebih ketika musim dingin kian mendekat dan sarana perlindungan yang mereka miliki sangat terbatas.
Baca Juga:
Utusan Khusus AS Steve Witkoff Akan Bertemu Kepala Negosiator Hamas Khalil Al-Hayya
Melansir dari CNA, Rabu (26/11/2025), sekitar 2 juta penduduk Gaza masih terdampak konflik berkepanjangan.
Sejak ofensif Israel yang dimulai dua tahun lalu setelah serangan Hamas pada Oktober 2023, sebagian besar warga terpaksa meninggalkan rumah mereka dan berpindah dari satu tempat penampungan ke tempat lainnya.
Kini, sebagian besar pengungsi tinggal di tenda dan struktur darurat yang tidak dirancang untuk menghadapi cuaca ekstrem.
Baca Juga:
Dokumen Bocor Ungkap Rencana Pangkalan Militer AS di Dekat Jalur Gaza
Walaupun gencatan senjata telah berlangsung sejak pertengahan Oktober, kerusakan meluas pada infrastruktur dasar mulai dari jaringan air, listrik, hingga fasilitas kesehatan membuat Gaza hampir mustahil pulih dalam waktu dekat.
Situasi tersebut memperburuk kualitas hidup para pengungsi, khususnya anak-anak dan lansia, yang sangat rentan terhadap penyakit di musim dingin.
Kepala Jaringan LSM Palestina, Amjad Al-Shawa, menegaskan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas tempat tinggal sementara.
Ia menyebut diperlukan sedikitnya 300.000 tenda baru untuk menampung sekitar 1,5 juta orang yang masih berada dalam kondisi mengungsi.
Laporan dari Dinas Pertahanan Sipil Palestina menyebut ribuan tenda telah terendam atau rusak akibat badai yang mengguyur wilayah tersebut selama sepekan terakhir.
Di beberapa area, banjir mencapai ketinggian 40 hingga 50 sentimeter, bahkan ada tenda yang hanyut terseret aliran air.
Tak hanya tempat tinggal, layanan kesehatan pun ikut terdampak. Sebuah rumah sakit lapangan dilaporkan terpaksa menghentikan operasionalnya sementara waktu karena fasilitasnya ikut kebanjiran.
Di sisi lain, PBB menyatakan sedang mengupayakan distribusi bantuan perlengkapan musim dingin, namun jumlah truk yang diizinkan masuk ke Gaza masih sangat terbatas.
Israel dikabarkan memperketat akses bagi organisasi kemanusiaan.
Sementara itu, otoritas Gaza yang dipimpin Hamas menuding Israel tidak memenuhi kuota bantuan yang telah disepakati dalam masa gencatan senjata.
Berbagai lembaga bantuan juga menyoroti masih banyaknya barang penting, termasuk obat-obatan dan perlengkapan perlindungan cuaca dingin, yang tidak diizinkan masuk.
Banjir kali ini semakin menegaskan betapa rentannya para pengungsi Gaza menghadapi musim dingin yang diperkirakan berlangsung lebih berat dari tahun-tahun sebelumnya, sementara kebutuhan bantuan terus meningkat dan jalur distribusinya semakin terbatas.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]