"Saat itu, mereka mengatakan tempat ini
adalah Kekhalifahan Islam dan Yahudi tidak punya hak berada di sini,"
jelasnya.
Meski begitu, dia tetap kukuh menjejakkan
kakinya di Afghanistan.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Dia ingin supaya semua agama Musa bisa diterima
di sana.
Karena itu setiap tahun, Simentov yang
sendirian memperingati tahun baru Rosh Hashanah dan Yom Kippur, kadang ditemani
sejumlah warga Muslim.
Simentov mengatakan, saat Taliban digulingkan
pada 2001, dia merasa Afghanistan akan jatuh pada kemakmuran.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
"Saya kira AS dan Eropa akan membantu
negara ini. Saya sudah kehilangan keyakinan di sini," jelasnya.
Shakir Azizi, tetangga sekaligus pemilik toko
kelontong dekat tempat Simentov tinggal, akan merasa kehilangan dengan
kepergian Simentov.
"Dia adalah pria baik. Dia menjadi
pelanggan saya selama 20 tahun. Tentu kehadirannya akan dirindukan," kata
Azizi.