Empat sumber kerugian utama mencakup gangguan terhadap produk domestik bruto (PDB) senilai 150 miliar dolar, depresiasi mata uang dan gejolak pasar finansial sebesar 90 miliar dolar, gangguan rantai pasokan dan perdagangan internasional senilai 80 miliar dolar, serta penurunan arus investasi asing langsung (FDI) sebesar 100 miliar dolar.
Ekonom senior dari Jawaharlal Nehru University, Prof. Anirudh Varma, menegaskan bahwa konflik jangka panjang bisa melumpuhkan potensi pertumbuhan India dalam dekade mendatang.
Baca Juga:
Digadang-gadang Jadi Pesawat Paling Efisien, Dreamliner Air India Justru Alami Tragedi Maut
“Investasi akan tertahan, nilai tukar melemah, dan sektor manufaktur terpukul akibat biaya logistik yang melonjak. Ini bukan hanya konflik militer, tetapi juga bom waktu ekonomi,” ujarnya.
Di sisi lain, Pakistan juga menanggung kerugian ekonomi tidak langsung yang signifikan. Penurunan PDB diperkirakan mencapai 25 miliar dolar, disertai ketidakstabilan keuangan dan depresiasi mata uang sebesar 15 miliar dolar.
Gangguan terhadap perdagangan dan pasokan bernilai 12 miliar dolar, sementara kerugian dari merosotnya FDI dan potensi tersendatnya program IMF mencapai 5 miliar dolar.
Baca Juga:
Detik-detik Maut, Pesawat Air India Jatuh 5 Menit Setelah Lepas Landas
Ekonom independen Pakistan, Dr. Saadia Wahid, memperingatkan bahwa struktur ekonomi Pakistan jauh lebih rentan terhadap tekanan konflik berkepanjangan.
“Dengan cadangan devisa yang terbatas dan ketergantungan pada dukungan eksternal, konflik seperti ini bisa memicu krisis neraca pembayaran dan inflasi yang tak terkendali,” jelasnya.
Secara keseluruhan, jika dihitung dari seluruh lini militer dan dampak ekonomi tak langsung, total kerugian gabungan India dan Pakistan selama empat minggu konflik ini diperkirakan melampaui 500 miliar dolar AS, setara dengan Rp8.260 triliun.