Yigit mengatakan ada beberapa sumbu untuk meledakkan bom dan ada yang bisa meledak saat terjadi benturan, ada pula yang bisa meledak pada momen dan ketinggian yang diinginkan sebelum terjadi benturan.
“Bom dengan sekring jarak atau sensor jarak tidak boleh menimbulkan kawah tempat meledaknya,” katanya, merujuk fakta bahwa serangan itu memang tidak meninggalkan kawah besar layaknya serangan bom pada umumnya.
Baca Juga:
Poster 'Free Papua' Cs di Forum PBB Cederai Kehormatan Negara, Kemlu RI Buka Suara
“Serangan terhadap rumah sakit di Gaza mungkin serupa. Seberapa tinggi ledakan bom dapat diatur oleh pengguna," kata Yigit.
Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Baptis al-Ahli menewaskan sedikitnya 471 korban, menurut angka yang direvisi oleh Kementerian Kesehatan Gaza.
Konflik ini dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas memulai Operasi Badai al-Aqsa-–sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Baca Juga:
Demi Akhiri Invasi Israel di Gaza Hamas Siap Bebaskan Semua Sandera
Mengutip Sindonews, Hamas mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Setidaknya 3.478 warga Palestina telah terbunuh. Korban tewas di Israel mencapai lebih dari 1.400 orang.