Mantan Presiden AS, Donald Trump, membatalkan
kesepakatan itu pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang
melumpuhkan terhadap Iran.
Ditanya tentang dukungan Iran untuk milisi
regional, Pahlavi mengatakan bahwa kepentingan rakyat Iran dan penguasa mereka
sama sekali berbeda.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
"Rezim berkepentingan untuk terus mengobarkan
ketidakstabilan karena kelangsungan hidupnya bergantung pada itu. Di sisi lain,
kepentingan nasional kita pertama-tama bergantung pada stabilitas dan perdamaian,
dan hubungan yang ramah dengan tetangga kita, bukannya terus-menerus mencampuri
urusan dalam negeri mereka dengan berbagai cara campur tangan," paparnya.
Mengomentari wawancara baru-baru ini, di mana
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman, mengatakan Arab Saudi
menginginkan Iran yang makmur dan bercita-cita untuk memiliki hubungan yang
baik dengan Teheran, Pahlavi berkata: "Saya pikir ini adalah pesan kepada
rakyat Iran lebih dari sekadar pesan pesan untuk rezim. Jadi, saya pikir pesannya,
jika memang seperti yang saya asumsikan, pasti akan diterima dengan baik oleh
rakyat Iran."
"Rezim sedang jatuh, dan cepat atau lambat,
orang-orang akan bebas di Iran, dan merekalah yang harus memilih dan menanggapi
gerakan ini," imbuh dia.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Pahlavi mengatakan, dia mengantisipasi
hubungan baik antara Iran dan tetangganya, termasuk Arab Saudi, setelah rezim
saat ini di Teheran hilang.
"Lihatlah cara hubungan itu sebelum revolusi
[pada 1979]. Ketika Raja Faisal dari Arab Saudi meninggal, ada masa berkabung
selama tujuh hari di Iran," ujarnya.
Mengomentari Visi Arab Saudi 2030 untuk
mendiversifikasi ekonomi dari minyak, Pahlavi mengatakan, dia sangat bahagia
melihat evolusi itu.