Namun demikian, ketua koalisi Pakatan Harapan Anwar Ibrahim telah menolak tawaran kerja sama Mahathir. Alasannya, keduanya berbeda prinsip dalam sejumlah hal, termasuk persyaratan menjadi perdana menteri hanya orang Melayu sedangkan Malaysia adalah negara majemuk.
Anwar sempat menjadi wakil perdana menteri Malaysia di bawah Mahathir tapi diberhentikan pada 1998 sebelum dikenai dakwaan dan dipenjarakan dalam kasus sodomi dan korupsi.
Baca Juga:
Polda Kalimantan Utara Terima Kunjungan Delegasi Polis Diraja Malaysia dari Sabah
Oleh koalisinya, Anwar, 75, dijagokan menjadi perdana menteri jika menang pemilu sekarang.
Di Malaysia sempat muncul wacana untuk membuat pembatasan usia maksimal calon anggota legislatif. Namun hingga kini belum terwujud dan politikus-politikus senior tetap mencalonkan diri.
Menurut Kepala Program Sains Politik, Universitas Kebangsaan Malaysia, Dr. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor, kedua sosok itu masih relevan kendati mereka sudah lama bercokol di politik.
Baca Juga:
Diduga Curi Kabel Petronas, Warga Anambas Ditangkap Aparat Malaysia
"Kedua tokoh ini walaupun sudah lama tapi masih mempunyai idealisme dan pengaruh yang sangat besar, khususnya Anwar Ibrahim. Kalau dibandingkan dari segi pengaruh, pengaruh Anwar lebih besar dari pengaruh Mahathir," kata dia.
Indikasinya antara lain adalah jumlah calon yang diturunkan koalisi Gerakan Tanah Air pimpinan Mahathir, sebanyak 121 calon atau lebih dari 50 persen dari total 222 kursi yang diperebutkan. Adapun koalisi Pakatan Harapan menerjunkan 206 calon.
"Keadaan Anwar Ibrahim masih populer, masih banyak orang yang mendambakan beliau, melihat ketokohannya. Kita tidak menafikan kenyataan kepopulerannya tidaklah sehebat dulu," tutur DR. Muhamad Nadzri. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.