"Kanker rektum sering kali berawal dari polip, yaitu pertumbuhan jaringan abnormal di dinding rektum. Seiring waktu, beberapa polip bisa berubah menjadi kanker," ujar dr. Anisa saat dihubungi, Sabtu (1/3/2025).
Menurutnya, pria memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker rektum dibandingkan wanita. Selain faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat juga dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Baca Juga:
Resistensi Antimikroba, Ancaman Mematikan yang Mengalahkan HIV dan Malaria
Gejala dan Penyebab
Dr. Anisa mengungkapkan bahwa kanker rektum sering kali berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal.
Namun, beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain perubahan pola buang air besar, seperti diare atau sembelit yang berlangsung lama, feses berdarah atau berlendir, serta rasa tidak tuntas setelah buang air besar.
Baca Juga:
BPOM Peringatkan Bahaya AMR: Dari Evolusi Mikroba ke Ancaman Global
"Nyeri di perut bagian bawah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta kelelahan yang berkepanjangan juga bisa menjadi indikasi kanker rektum," jelasnya.
Penyakit ini, lanjutnya, dapat disebabkan oleh mutasi genetik yang memicu pertumbuhan sel abnormal di rektum.
"Faktor risiko lainnya meliputi kebiasaan makan tinggi lemak dan rendah serat, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta konsumsi alkohol dan rokok secara berlebihan," ungkapnya.