Tsunami juga menimbulkan kekacauan di Pelabuhan Tanjung
Priok. Kapal uap Wilhelmina yang sedang menurunkan muatan dihantam terjangan
tsunami hingga harus melepaskan jangkar. Sebuah kapal uap yang ditarik tongkang
dari Merak menuju Priok juga diterjang tsunami hingga keduanya hilang
tenggelam. Tsunami juga merusak beberapa jembatan dekat muara sungai di
Batavia.
Fakta mengenai tsunami Batavia 1883 ini menjadi dasar
pemikiran bahwa jika terjadi tsunami dahsyat di Selat Sunda maka dapat
berdampak hingga pantai Jakarta.
Baca Juga:
BMKG Beri Peringatan ke Sejumlah Wilayah, La Nina Mulai Menggeliat
di Selat Sunda dapat dipicu oleh erupsi gunung api dan gempa
tektonik yang bersumber di zona megathrust.
Berdasarkan catatan sejarah, tsunami akibat erupsi Gunung
Krakatau pada 1883 mampu menjangkau Pantai Jakarta karena tinggi tsunami di
sumbernya lebih dari 30 meter, sedangkan tsunami akibat runtuhnya lereng Gunung
Anak Krakatau pada 2018 lalu lebih kecil sehingga tidak sampai di Pantai
Jakarta.
Untuk mengetahui apakah tsunami akibat gempa megathrust
Selat Sunda dapat mencapai Jakarta, maka diperlukan pemodelan tsunami.
Pemodelan tsunami akibat gempa magnitudo 8,7 yang bersumber di zona megathrust
Selat Sunda yang dilakukan BMKG menujukkan bahwa tsunami dapat sampai di Pantai
Jakarta.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa tsunami sampai di Pantai
Jakarta dalam waktu sekitar 3 jam setelah gempa, dengan tinggi 0,5 meter di
Kapuk Muara-Kamal Muara dan 0,6 meter di Ancol-Tanjung Priok.
Pemodelan tsunami diukur dari muka air laut rata-rata (mean
sea level). Dalam kasus terburuk, jika tsunami terjadi saat pasang, maka tinggi
tsunami dapat bertambah.
Selain itu, ketinggian tsunami juga dapat bertambah jika
pesisir Jakarta sudah mengalami penurunan permukaan (subsiden).