WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah kalender yang menandai pertengahan musim kemarau, banyak wilayah Indonesia justru masih diterpa cuaca ekstrem.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi hujan deras, angin kencang, dan gelombang tinggi yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Baca Juga:
Topan Danas Guncang Taiwan: 2 Tewas, Ratusan Terluka, Ribuan Dievakuasi
Kondisi atmosfer saat ini dinilai masih sangat dinamis dan berisiko menimbulkan bencana hidrometeorologi.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa sejumlah dinamika atmosfer global dan regional, seperti gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin, zona konvergensi, serta sirkulasi siklonik di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik, masih aktif membentuk awan hujan skala luas.
“Meskipun kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Senin (14/7/2025).
Baca Juga:
BMKG Peringatkan Hujan Lebat dan Angin Kencang di Sejumlah Wilayah 6–7 Juli 2025
Dalam beberapa hari terakhir, intensitas hujan yang cukup tinggi tercatat terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Kalimantan Barat, Papua Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Maluku, dan Papua.
Cuaca ekstrem ini telah menyebabkan bencana banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta kerusakan infrastruktur.
Dwikorita memaparkan, hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau.
Sementara itu, sebagian besar wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua masih berada dalam kondisi basah dengan potensi cuaca buruk yang tinggi.
BMKG memperkirakan potensi cuaca ekstrem akan terus tinggi selama periode 12–18 Juli 2025. Beberapa wilayah yang masuk dalam status siaga antara lain Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Selain hujan lebat, angin kencang juga diprediksi melanda sejumlah daerah mulai dari Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, hingga Maluku.
Untuk wilayah perairan, BMKG mencatat kecepatan angin lebih dari 25 knot yang berpotensi memicu gelombang tinggi di beberapa kawasan seperti Perairan Utara Aceh, Laut Cina Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram, Laut Arafuru, Laut Timor, serta Samudra Pasifik dan Hindia di sekitar Maluku, Banten, Jawa, dan NTT.
“Masyarakat harus tetap waspada, meskipun secara kalender kita berada di musim kemarau. Jangan lengah. Cuaca bisa berubah cepat dan membawa dampak besar,” tegas Dwikorita.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak berada di area terbuka saat terjadi petir, menghindari pohon besar dan bangunan tua saat angin kencang, serta menjaga kesehatan tubuh karena kondisi panas dan hujan dapat datang silih berganti.
Cuaca yang tak menentu ini kembali menegaskan pentingnya peran informasi iklim dalam kehidupan sehari-hari. BMKG pun menekankan pentingnya memantau prakiraan cuaca harian guna menghindari risiko yang lebih besar.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]